Selasa, 16 Oktober 2012

AQUASCAPE SEDERHANA


Aquascape Murah Meriah, Tetap Indah
 

MEMBUAT aquascape tidak harus mahal. Dengan memakai bahan murah penampilan aquascape bisa tetap maksimal. Terobosan baru bagi aquarist pemula untuk terus berani berkarya.
Selama ini aquascape kondang sebagai hobi mahal. Bayangkan pembuatan aquascape dengan 90% bahan impor menelan biaya sekitar Rp 3,5 juta per m2. Substitusi dengan bahan lokal sekitar 50% tetap menyedot biaya tak sedikit, Rp 2 juta s.d. Rp 2,5 juta per m2.
Menurut Anton Saksono, perancang akuarium air tawar dan laut, sebenarnya banyak biaya yang bisa dipangkas. ''Kita ini beruntung hidup di negeri tropis. Aquascape yang perlu sistem CO2 dan chiller sebenarnya cocok dipakai di negara-negara beriklim subtropis,'' ujar pemilik Lovina Laras di Cibubur, Jakarta Timur itu. Sekadar contoh sistem CO2 yang terdiri atas regulator, tabung, skimmer, buble counter, dan timer saja bernilai Rp 4 juta.
Harus Outdoor
Chiller dan sistem CO2 hingga kini menjadi perlengkapan wajib para aquarist. Namun, pemakaian kedua alat itu dapat ditiadakan. Caranya....
letakkan akuarium aquascape di luar ruangan. Itu syarat mutlak. Penempatan akuarium di ruangan justru membuat suhu di akuarium meningkat akibat aliran udara panas tersendat, karena itu chiller dipakai. ''Begitu pula sistem CO2, prinsipnya aquarist harus sadar jika di alam saja tanaman air tidak perlu itu,'' papar Anton.
Penempatan akuarium di luar ruangan tidak bisa sembarangan. Idealnya posisi akuarium mengikuti arah sinar matahari yang terbit di ufuk timur dan tenggelam di ufuk barat. Akuarium pun tidak menerima sinar matahari secara langsung untuk menghindari pertumbuhan alga.
Intensitas cahaya dikurangi dengan penyaring sinar seperti atap berbahan polykarbonat dan shading net. Keduanya pun dapat berfungsi sebagai benteng akuarium dari percikan air hujan.
Sinar matahari pun dapat berperan sebagai pengganti lampu. Pada akuarium aquascape indoor, penyinaran lampu maksimal 8 jam per hari. Namun, dengan sinar matahari penyinaran bisa lebih dari 10 jam per hari. Bahkan dengan kehadiran sang surya kesan eksotis di akuarium lebih kuat lantaran efek kuat-lemahnya sinar yang masuk. ''Kalau malam cukup memakai penerangan dari teras saja,'' imbuh Anton.
Pupuk NPK
Biaya lain yang bisa dipangkas adalah pemilihan gravel sebagai tempat melekat tanaman air. Selama ini gravel impor diyakini memberikan hasil terbaik. Namun, dari harga cukup menguras kantong. Sekadar contoh gravel impor dari Amerika mencapai Rp 320.000 per 10 kg. Setidaknya untuk akuarium berukuran 90 cm x 45 cm x 45 cm perlu 40-50 kg agar ketinggian gravel mencapai standar, 10-15 cm.
''Pemakaian gravel dapat diganti dengan komposisi pasir, tanah dan kompos,'' ujar Anton. Lapisan dasar akuarium terdiri dari 25% kompos. Berturut-turut ke atas 50% tanah dan 25% pasir. Kecuali tanah dan kompos, pasir bangunan perlu dicuci terlebih dahulu. Peran tanah pun dapat diganti dengan lumpur sawah dalam jumlah serupa.
Sebelum ditanami tanaman air, media dan air yang mengisi akuarium perlu didiamkan selama sebulan. Dua-tiga hari menjelang tanaman air ditanam, air perlu diganti. Jenis tanaman yang dipilih pun perlu yang tahan banting dan tak perlu perawatan khusus seperti cabomba, enchinodorus, bacopa, dan hygrophylla. Saat di tanam akar harus berada di bagian tengah media yang berisi tanah atau lumpur. Biasanya setelah dua minggu akar tanaman akan melekat kuat. Saat itulah ikan baru dapat dimasukkan.
Pemeliharaan cukup mudah. Air tak perlu diganti karena sudah disaring memakai filter atas sederhana. Air dipompa dan tersaring melewati filter mat dan kapas. ''Yang ada malah penampahan air karena banyak yang menguap,'' tutur Anton. Agar tanaman tetap sehat pemupukan dilakukan setahun sekali dengan memakai NPK dosis + ons per m2. Sisa-sisa tumbuhan yang mati jangan dibuang tetapi dipendam dalam media. Kehadirannya justru membuat kesadahan air menjadi soft. (sut, berbagai sumber)







 



Tidak ada komentar:

Posting Komentar